04 April 2008

european union

The European Union in the 1990s:
Reassesing the bases of integration

Ketika mencoba membuat teori mengenai sebuah masyarakat maka kita harus mencoba mengerti apa yang akan terjadi di masa depan, yakni dengan melihat pola hubungan manusia di saat ini, dengan begitu maka kita dapat membuat teori baru.
Jika melihat kembali ke masa lalu mengenai European Community, maka kita perlu memahami 3 hal. Pertama, pemahaman terhadap perkembangan komunitas ini secara empiris, berdasarkan sejarahnya. Kedua, beberapa teori yang mencoba menjelaskan komunitas tersebut, dari beberapa tingkatan perkembangannya. Ketiga, evaluasi terbaru dengan berbagai cara yang didasarkan oleh sejarah. Yang akhirnya terbentuknya teori baru. Adanya proses integrasi Eropa pada pertengahan 1990an tidak lepas dari faktor-faktornya. Pertama, persamaan sikap antar negara di Eropa; kedua, fasilitas yang ada dalam institusi; ketiga, penyesuaian pada kepentingan pemerintah dan partai; empat, pengembangan pada cara pelayanan publik di negara anggota, bekerjasama satu dengan yang lain dan dengan pejabat di institusi Brussel; lima, munculnya peningkatan prinsip, norma dan aturan bersama dalam ekonomi dan susunan sosial dari negara anggota yaitu munculnya rezim masyarakat; enam, peningkatan interkoneksi dan interdependensi ekonomi, dan juga pada perdagangan. Banyak dari perkembangan ini sekarang akan menjadi lebih dipertimbangkan.
The Theoretical Setting
Proses pembuatan teori yang relevan terhadap Uni Eropa secara gradual kembali muncul sejak 1990an: neofungsionalime menarik perhatian para pemikir di Amerika Utara dan Eropa karena idenya pada integrasi lebih besar dari usaha untuk melengkapi pasar tunggal setelah 1985. Tetapi neofungsionalisme relatif tidak spesifik dalam menjelaskan akhir dari proses tersebut, intinya ia menekankan pada proses integrasi dari pada outcome-nya. Berlawanan dengan neofungsionalisme, federalisme dan consociationalisme, lebih fokus pada akhir dari situasi, meskipun mereka memiliki implikasi terhadap proses itu sendiri. Federalism dalam theories about the end-situation, menekankan pada pemerintah federal agar diberi kedaulatan agar dapat melakukan hubungan eksternal, melakukan pembuatan kebijakan dengan sistem voting; terdapat sistem check and balance antara part dan union; proporsi perwakilan parts dalam pemerintah federal dibatasi; terdapat pengaturan yang ekstensif bersama untuk menentukan keuntungan.
Consociationalism telah digambarkan oleh Lijphart yang mana telah direfleksikan dalam Uni Eropa pada pertengahan 1990an. Pertama, ada sejumlah kelompok yang terisolasi dari kelompok lainnya, maksudnya adalah kepentingan dan bentuk asosiasi mereka ditujukan secara langsung hanya pada anggota kelompok yang sama yang berada dalam negara yang sama pula. Dengan kata lain, ada sedikit relativitas perpecahan dan otoritas dalam negara terutama hubungan kelompok2 kepentingan. Kedua, negara didominasi oleh apa yang Dahrendorf sebut sebagai “cartel of élites”: elit politik di berbagai bagian telah dilibatkan dalam beberapa proses dasar seperti pembuatan keputusan, dan keputusannya merupakan hasil dari persetujuan dan koalisi dari anggota2 kartel. Bentuk ketiga dari consociationalism adalah perluasan logis dari prinsip kartel. Dimana yang memegang keputusan adalah para elit politis yang memiliki hak veto. Maksudnya, untuk memutuskan sesuatu perlu diadakan konsensus dulu antara anggota kartel, karena itu, harus ada hukum atau aturan legal yang mengaturnya.
Consociationalism sangat berguna sebagai kemungkinan outcome dari proses integrasi saat ini. Poinnya adalah bahwa integrasi dalam rangka memperkuat system fungsional regional mungkin sesuai dengan perpecahan berkelanjutan yang sedang terjadi saat ini. Namun, para anggota elit kartel menghadapi dilemma: mereka ingin memperbesar keuntungan mereka dan mendapat bagian mereka sendiri, di saat yang sama mereka berharap dapat melindungi kekhususan bagian mereka dibandingkan dengan bagian milik pihak lain. Status/kedudukan dan otoritas anggota kartel tergantung pada kapasitas mereka untuk mengidentifikasikan kepentingan bagian mereka dan menyajikan/menampilkan diri mereka sebagai leader dan agen yang jelas mendefinisikan komunitas mereka.
Consociationalism merupakan kilasan politik dari hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin. Kepentingan pemimpin mungkin dapat menyimpang dari kepentingan yang dipimpin selama proses berlangsung. Teori ini mengusulkan dua jalan yang mungkin dipakai untuk para elit untuk mencapai interest tertentu dalam proses integrasi. Pertama, anggota dari kumpulan elite-elite membuat persetujuan bersama untuk tujuan mereka, sekalipun ini akan bertentangan dengan segmen yang secara nominal mereka layani. Ini akan menjadi bahaya: bahwa integrasi Eropa secara esensial merupakan konspirasi masyarakat borjuis baik elite-elite atau perusahaan besar yang beraliansi dengan pemerintah untuk melawan kepentingan rakyat. Kedua, elite tertentu mencoba untuk menggunakan konteks dari susunan umum untuk mendorong perubahan atas kepentingan yang sesuai dengan supporter kunci dari segmen atau bagian tertentu, maka power-power dalam segmen ini merupakan gabungan.
Teori hubungan internasional tradisional menganjurkan satu cara untuk melihat Eropa yaitu melihat secara sederhana, Eropa sebagai bagian dari masyarakat internasional, Eropa dipandang sebagai sebuah kelompok negara-negara regional, setiap anggota mengawasi anggota lain melalui suatu balance of power, dan dikemudikan oleh keseimbangan yang lebih besar dalam masyarakat internasional, terutama yang ada di antara superpower. Teori consociationalism memiliki implikasi penting atas perkembangan organisasi internasional di level regional karena penekanannya pada cara-cara sistem regional berkembang sebagai suatu kerangka kerja kooperatif tanpa memunculkan implikasi seperti pemerintah lebih concern melindungi kedaulatannya, otonomi segmental yang equivalent diantara negara, haruslah dikurangi. Inilah yang menjadi tema dari simbiosis yakni partisipasi segments dan kolektivitas, sebagaimana secara implicit disebut consociationalism.

OPINI dan Kesimpulan
Pengaruh consocitionalism terhadap proses integrasi Eropa sangat besar karena paham ini mempersatukan negara negara di Eropa secara institusional, tetapi ini juga berbahaya karena ada sekelompok negara yang diuntungkan atau yang disebut sebagai elit politik

1 comments:

Anonymous said...

http://lumerkoz.edu really great sites, thank you, sibutramine side effects tenanted byunited ciprofloxacin munze amoxicillin tiring sertraline side effects wonders zovirax side effects lacity

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template